adaptasi sistem pencernaan pada bayi baru lahir

c Adaptasi kardiovaskular Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk semua pertukaran gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan placenta pada saat lahir, Menilaigangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus yang memerlukan resusitasi. 2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera. hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan, urogenital Halini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan Pada bayi baru lahir, otak baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat sampai usia dua tahun. Mereka bermanfaat melindungi sistem pencernaan terhadap bakteri patogen, dan membantu untuk Denganmasih banyaknya permasalahan kesehatan terutama pada Ibu dan Anak, masih banyak ibu yang meninggal karena melahirkan, kanker serviks, kanker payudara dll, jg balita gizi buruk yang semakin bertambah adalah sebagian contoh kecil permasalahan kesehatan yang ada sekarang ini. Dengan bantuan para dokter, bidan dan temen2 lainnya yang sayang Ibu dan Perubahansistem pencernaan. 1.3. Perubahan sistem perkemihan. 1.4. Proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas. 1.1. Adaptasi psikologis ibu masa nifas 50 menit. 100 menit. BU1,H. 442-461. BU2,H. 122-131,BA1,BA2. 4. Melakukan bonding attachment pada bayi baru lahir untuk melihat respon orang tua pada anaknya dengan baik dan benar Kemampuanbayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan masih terbatas, banyak keterbatasan ini berkaitan dengan beragamnya enzim pencernaan dan hormon yang terdapat pada semua bagian saluran gastrointerstinal dari mulut hingga intestin. Bayi baru lahir kurang mampu untuk mencerna protein dan lemak dibandingkan dengan orang Melakukan puasa di bulan Syawal bisa menjadi solusi bagus untuk sistem pencernaan Anda guna menyesuaikan keadaan usai Ramadan dan Lebaran. "Islam sendiri sudah memberikan solusi, puasa Syawal. Solusi ketika sudah full 30 hari puasa, lalu ada break Lebaran, lalu puasa syawal biar sistem pencernaan menyesuaikan keadaan," ujar dokter TINJAUANPUSTAKA ADAPTASI SISTEM GASTROINTESTINAL BAYI BARU LAHIR DAN FEEDING SETELAH KELAHIRAN a Sistem Pencernaan Khusus pada hewan Ruminansia Hewan Ruminansia (pemakan rumput), memiliki tipe pencernaan khusus untuk mencerna rumput-rumputan yang memiliki dinding sel. Hewan ini bisa mencerna makanan d lambung. b. Sistem Kerja Tubuh pada Ikan Air Laut Ikan air laut menghasilkan urine yang lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai. tandabahwa sistem pencernaan bayi baru lahir sudah normal. Feses bayi baru lahir berwarna hitam kehijau -hijauan dengan konsistensi liqui atau lengket seperti aspal. m. Pada anak laki -laki skrotu m sudah turun, sedangkan pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora 2.1.2 Periode Transisional Bayi Baru Lahir . Kesehatan bayi pada kelanjutan perkembangan dan pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kesehatannya saat lahir dan hari-hari pertama kehidupan di luar rahim. Masa transisi dari fetus ke kehidupan neonatal merupakan periode yang sangat kritis. Bayi akan mengalami berbagai perubahan fisiologis untuk beradaptasi dengan lingkungan luar rahim. Salah satu proses adaptasi fisiologis yang harus dilakukan bayi dan diidentifikasi oleh perawat selama periode transisi ini adalah adaptasi sistem gastrointestinal. Feeding yang segera setelah kelahiran sangat penting dalam hubungannya untuk mendukung proses adaptasi kehidupan ekstra-uteri sistem gastro-intestinal bayi baru lahir BBL karena bermanfaat untuk merangsang peristaltik usus sehingga isi usus dapat segera dikeluarkan. Feeding yang sangat tepat adalah kolostrum. TINJAUAN PUSTAKA ADAPTASI SISTEM GASTROINTESTINAL BAYI BARU LAHIR DAN FEEDING SETELAH KELAHIRAN Ellyta Aizar Ibrahim* ABSTRAK Kesehatan bayi pada kelanjutan perkembangan dan pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kesehatannya saat lahir dan hari-hari pertama kehidupan di luar rahim. Masa transisi dari fetus ke kehidupan neonatal merupakan periode yang sangat kritis. Bayi akan mengalami berbagai perubahan fisiologis untuk beradaptasi dengan lingkungan luar rahim. Salah satu proses adaptasi fisiologis yang harus dilakukan bayi dan diidentifikasi oleh perawat selama periode transisi ini adalah adaptasi sistem gastrointestinal. Feeding yang segera setelah kelahiran sangat penting dalam hubungannya untuk mendukung proses adaptasi kehidupan ekstra-uteri sistem gastro-intestinal bayi baru lahir BBL karena bermanfaat untuk merangsang peristaltik usus sehingga isi usus dapat segera dikeluarkan. Feeding yang sangat tepat adalah kolostrum. Efek laksatif dari kolostrum mendukung mempercepat evakuasi mekonium. Kegagalan dalam membersihkan mekonium dengan cepat mempertinggi reabsorbsi usus terhadap bilirubin sehingga dapat meningkatkan level bilirubin indirect. Keadaan ini dapat berpengaruh tidak baik terhadap kesehatan bayi baru lahir akibat peningkatan bilirubin indirect. Keywords adaptasi, ekstra uteri, feeding PENDAHULUAN Periode neonatus meliputi waktu dari sejak lahir sampai usia 28 hari, merupakan waktu penyesuaian dari kehidupan intrauteri ke ekstra-uteri Olds, et al., 1980. Setelah lahir neonatus BBL harus bisa melakukan perubahan fisiologis yang sangat besar untuk beradaptasi dengan kehidupan baru. Bayi harus berupaya agar fungsifungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri Gorrie et al., 1998. Ketidakmampuan bayi beradaptasi dengan kehidupan ekstra-uteri mempengaruhi kondisi kesehatannya dan bahkan dapat berakibat fatal. Hal ini dapat terlihat dari Kematian neonatal terbanyak terjadi selama minggu pertama kehidupan Saifuddin, dkk., 2000. Selama minggu pertama tersebut, masa 24 jam pertama kehidupan adalah signifikan karena merupakan periode kritis, transisi dari kehidupan intrauteri ke ekstra-uteri. Secara statistik, risiko kematian dan kesakitan selama periode ini sangat tinggi Olds, et al., 1980. Perawat Penulis adalah * Dosen Keperawatan Maternitas PSIK FK USU Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 43 Universitas Sumatera Utara harus mengidentifikasi perubahan fisiologis yang terjadi segera setelah bayi lahir sampai beberapa hari kemudian untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah dan abnormalitas Simpson & Creehan, 2001. Salah satu proses adaptasi fisiologis yang harus dilakukan bayi dan diidentifikasi oleh perawat selama periode transisi kehidupan fetus ke neonatus adalah adaptasi sistem gastrointestinal Gorrie et al., 1998. Adaptasi Sistem Gastrointestinal Bayi Baru Lahir BBL, newborns harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini Gorrie, et al., 1998. Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam Olds, et al., 1980 untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. Gorrie, et al., 1998. Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih immatur Olds, et al., 1980, mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan segera setelah diberikan Gorrie, et al., 1998. Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna Olds, et al., 1980. BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi lebih luas Gorrie, et al., 1998. Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan sistem saraf simpatis merangsang peristaltik Simpson & Creehan, 2001. 44 Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan Gorrie, et al., 1998 sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K Olds, et al., 1980. Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak Jensen et al., 2004. Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang terdapat pada sereal. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula Gorrie, et al., 1998. Feses pertama yang dieksresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket. Mekonium terkumpul dalam usus fetus sepanjang usia gestasi, mengandung partikel-partikel dari cairan amnion seperti sel kulit dan rambut, sel-sel yang terlepas dari saluran cerna, empedu dan sekresi usus yang lain Gorrie, et al., 1998 & Olds, et al., 1980. Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi Gorrie, et al., 1998 & Simpson & Creehan, 2001. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 Universitas Sumatera Utara Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai tipe makanan yang didapat oleh bayi Gorrie, et a., 1980. Tabel berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah lahir. Tabel 1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran Sebelum lahir - gastrointestinal relatif inaktif. Fetus menelan cairan amnion dan memperlihatkan gerakan mengisap dan menelan dalam uterus. - tidak ada makanan yang diterima melalui - tidak terjadi pengeluaran feses. Pada keadaan hipoksis atau distres, spingter anal relaksasi dan mekonium terlepas kedalam cairan amnion, mengindikasikan fetal distres. Setelah lahir - bayi dapat mengisap dan menelan, mampu mencerna dan mengeliminasi Asi dan susu formula. - bayi mudah menelan udara selama makan dan menangis. - peristaltik aktif pada bagian abdomen yang lebih bawah karena bayi harus mengeluarkan feses. Tidak adanya feses dalam 48 jam pertama mengindikasikan obstruksi isi usus. Dikutip dari Burrough & Leifer 2001 Feeding Setelah Kelahiran Feeding pemberian makanan pertama jika memungkinkan diberikan saat melakukan pengkajian pada BBL. Perawat mengobservasi tanda-tanda yang dapat menggambarkan keadaan hubungan antara trakhea dan esophagus seperti ada tidaknya batuk, keadaan seperti tercekik dan sianosis. Selain pernafasan, mengisap dan menelan merupakan pengalaman tambahan baru setelah kelahiran. BBL biasanya mampu mengisap, menelan dan mengkoordinasi pernafasannya. Setelah lahir, BBL mengalami perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam beberapa fase yang tidak stabil. Selama jam-jam pertama BBL terus mengalami perubahan, dikenal dengan periode reactivity. Pengetahuan tentang periode ini membantu mendukung attachment orang tua-bayi dan pemberian feeding. Terdapat dua periode reactivity yang diselingi dengan periode tidur. Periode pertama reactivity dimulai setelah lahir. BBL berada dalam keadaan diam, bangun dan terjaga. Matanya dibuka dan waspada, berespons terhadap rangsangan, menggerakgerakkan tangan dan kaki dengan energik, berusaha mencari dan tampak lapar. Fase ini akan diikuti dengan dengan fase aktifsiaga. Selama fase aktif-siaga BBL akan memperlihatkan refleks isap yang kuat dan tampak lapar. Ini merupakan waktu yang sangat ideal untuk menyusui pertama. Setelah 30 menit bayi akan mengantuk, tidur dan akhirnya masuk periode tidur terlelap sekitar 2 sampai 4 jam. Selama waktu ini bayi tidak berespons, nadi dan respirasi turun pada nilai normal namun suhu mungkin rendah. Ketika BBL terbangun dari periode tidur, mereka masuk periode kedua reaktivity. Periode ini dapat berlangsung 4 sampai 6 jam. BBL bangun, siaga dan dapat menangis. BBL menjadi berkeinginan terhadap makanan, memperlihatkan aktivitas seperti mencari puting, mengisap dan menelan dan kelihatan lapar. Feeding mungkin dapat dimulai jika ia belum dimulai pada periode awal reactivity. Mekonium mungkin keluar selama periode ini. Sekresi mukus meningkat dan BBL dapat mengalami gag atau regurgitasi Gorrie, et al., 1998 & Burroughs & Leifer, 2001. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 45 Universitas Sumatera Utara Pada beberapa fasilitas, bayi diberikan cairan air steril dalam jumlah sedikit sebelum diberikan feeding formula pertama. Fasilitas yang lain memberikan asi atau susu formula untuk semua feeding. Feeding pertama tidak lebih dari 1 ons untuk mengurangi regurgitasi karena overdistensi abdomen. Beberapa bayi dapat mengalami cekukan atau gag selama feeding permulaan dan sebagian yang lain dapat mengalami kebiruan atau sianosis karena terjadi apnea saat pemberian feeding. Pada keadaan ini perawat menghentikan sementara pemberian makanan, disuction jika perlu dan bayi dirangsang agar menangis dengan menggosok-gosok bagian belakang badannya. Banyak BBL yang belajar mengkoordinasikan isapan, menelan dan bernafas saat feeding pertama Gorrie et al., 1998. Feeding menyebabkan BBL mempunyai stool. Peristaltik menjadi cepat dan meningkat dengan pemberian makanan. Reflek gastrokolik dapat terangsang saat lambung terisi, menyebabkan peningkatan peristaltik usus. Bayi akan mengeluarkan feses selama atau setelah pemberian makanan. Feses mekonium juga dapat keluar ketika dilakukan pengukuran suhu rektal. Meskipun pemeriksaan suhu rektal tidak direkomendasikan, termometer dapat dimasukkan dengan hati-hati ke dalam rektum untuk mengetahui patensi anus dan merangsang pengeluaran feses mekonium Gorrie et al., 1998. 46 Keterlambatan feeding menyebabkan stasis usus sehingga isi usus yang mengandung mekonium lama dikeluarkan. Mekonium merupakan penyimpan bilirubin dalam jumlah yang sangat besar dan ini dapat diabsrobsi kembali ke dalam sirkulasi jika tertunda dieliminasi. Kegagalan dalam membersihkan mekonium dengan cepat mempertinggi reabsrobsi usus dan meningkatkan bilirubin serum Simpson & Creehan, 2001. Hal ini dapat terjadi karena bilirubin direct yang ada dalam mekonium dikonversi ulang oleh enzim beta glukoronidase menjadi bilirubin indirect, diabsrobsi oleh dinding usus dan masuk kembali ke sirkulasi enterohepatik. Efek proses ini adalah joundice pada BBL Melson et al., 1999. Rutinitas beberapa rumah sakit dalam pola pemberian feeding pada BBL berkontribusi terhadap tingginya level bilirubin. Sistem yang tidak mendukung rooming in mengurangi jumlah pemberian feeding seperti penjadwalan pemberian feeding Simpson & Creehan, 2001. Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk perjalanan mekonium bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004. Skema berikut menggambarkan hubungan antara feeding setelah kelahiran dengan pengeluaran mekonium dan level bilirubin indirect dalam serum setelah kelahiran. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 Universitas Sumatera Utara Skema 1. Hubungan feeding setelah kelahiran dengan penurunan level bilirubin setelah kelahiran Feeding segera setelah kelahiran Peningkatan peristaltik usus Eksresi mekonium waktu & jumlah Eksresi mekonium; waktu & jumlah Penurunan bilirubin indirect Jenis Feeding • kolostrum • susu formula • air steril Intervensi pengukuran suhu rectal KEPUSTAKAAN Burroughs A & Leifer G. 2001. Maternity Nursing an Introductory Text. 8 th edition. Gorrie McKinney & Murray 1998. 2nd edition. Foundation of Maternal–Newborn Nursing. Philadelphia. Saunders Company. Hastono, 2001. Modul Analisa Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penurunan bilirubin indirect Melson A. Katrryn et al., 1999. MaternalInfant Care Planning. Pennsylvania, Springhouse Cooporation. Philadelphia. Saunders Company. Simpson & Creehan 2001. Perinatologi Nursing. Lippincott, Philadelphia. Thomson, E. 1995. Introduction to Maternity and Pediatric Nursing 2nd edition. WB. Saunders. USA. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 47 Universitas Sumatera Utara MODULMateri Adaptasi Sistem Pencernaan Neonatus A. Pengertian Sistem pencernaan neonatus Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan pengunyahan,penelanan, dan pencampuran dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari mulai mulut oris sampai anus. Bayi Baru Lahir BBL, newborns harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini Gorrie, et al., 1998. B. Faktor Yang Berperan dalam Sistem Pencernaan Neonatus Susunan saluran pencernaan terdiri dari - Esofagus kerongkongan b. Pembentukan enzim sistem pencernaan pada neonatus Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak Jensen et al., 2004. Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang terdapat pada sereal. Kolostrum terutama kaya akan amilase mamaria. Perkembangan aktifitas laktase berlangsung relatif lambat dan mencapai tingkat adekuat pada usia gestasi 36 minggu, namun banyak bayi prematur dapat mencerna laktosa dengan memuaskan karena laktosa yang diserap dapat dicerna oleh bakteri kolon menjadi asam lemak rantai pendek, yang kemudian dapat diserap sehingga energi dapat diselamatkan. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula Gorrie, et al., 1998. Usus bayi baru lahir relative tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang peristaltic tidak dapat diprediksikan. Lipatan dan vili dinding usus belum erkembang sempurna. Sel epitel yang melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorbs yang paling efektif. Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produk enzimmikrovilus, seperti amylase, tripsin, dan lipase pancreas. Dukungan bidan untuk pemberian makan segera pada bayi baru lahir membantu maturasi kemampuan usus halus ini. C. Adaptasi fisiologis sistem pencernaan neonatal Bayi Baru Lahir BBL, newborns harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini Gorrie, et al., 1998. Intrauteri Janin mulai menunjukkan aktifitas gerakan menelan sejak usia gestasi 14 minggu. Gerakan menghisap aktif tampak pada 26-28 minggu. Cairan empedu mulai diproduksi sejak akhir trimester pertama, diikuti denga seluruh enzim-enzim pencernaan lainnya. Proses pencernaan belum terjadi secara aktif inaktif. Kebutukan janin akan nutrisi tidak dipenuhi dengan sistem pencernaannya tetapi diperoleh dari plasenta. Refleks makan pada janin didalam kandungan sudah mulai terlihat dari kegiatan menelan amnion dan menghisap. Mekonium, isi yang utama terutama pada saluran pencernaan janin, tampak mulai usia 16 minngu, mekonium tidak dikeluarkan selama janin berada didalam uterus tidak terjadi proses defekasi hanya urin mekonium karena peristaltik belum aktif kecuali pada fetal distres. Pada janin yang mengalami fetal distres, terjadi penekanan pada abdomen dan spingter anal mengalami relaksasi sehingga mekonium yang tersimpan dalam usus keluar dan bercampur air ketuban. Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi sudah mulai dibentuk untuk mempersiapkan kelahiran kehidupan janin ekstrauterin. Oksigenasi janin utama tetap berasal dari sirkulasi maternal-fetal melalui plasenta dan tali pusat. Ekstrauterine Neonatus aterm mampu mencerna dan menyerap susu dari lahir. Faktor pertumbuhan spesifik-spesies di air susu penting untuk mendorong perkembangan pencernaan pasca natal. Usus neonatus memiliki kapasitas pencernaan dan penyerapan yang imatur tetapi terdapat sejumlah mekanisme kompensasi, terutama untuk bayi yang medapat air susu ibu Lebenthal & Leung, 1988. Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih immature Olds, et al., 1980, mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan segera setelah diberikan Gorrie, et al., 1998. Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna Olds, et al., 1980. Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam Olds, et al., 1980 untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. Gorrie, et al., 1998. BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi lebih luas Gorrie, et al., 1998. Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan system saraf simpatis merangsang peristaltic Simpson & Creehan, 2001. Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan Gorrie, et al., 1998 sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K Olds, et al., 1980. Refleks Makan Sejak lahir, seorang bayi normal dapat menghisap dari puting payudara, menyalurkan air susu ke bagian belakang mulut dan menelannya selama 5-10 menit sambil bernafas normal. Terdapat program reflek dan perilaku bawaan, yang menjadi semakin jelas dalam sekitar satu jam setelah persalinan, termasuk kemampuan bergerak dari perut ibu ke payudara, aktifitas tangan terkoordinasi, gerakan mencari puting payudara, melekat kepayudara, dan makan secara rakus sebelum bayi tidur. Sentuhan pada langit-langit memicu reflek menghisap. Neonatus memperlihatkan kerja rahang ritmik, yang memicu tekanan negatif dan kerja peristaltik lidah dan rahang memeras air susu dari payudara dan memindahkannya kekerongkongan yang kemudian memicu reflek menelan. Pada neonatus normal, refleks menyusu ini kuat saat lahir dan sudah tampak pada bayi premature sejak usia sekitar 32 minggu sekitar 1200g. Bayi yang sangat prematur dan mereka yang beresiko sakit atau berat lahirnya sangat rendah memperlihatkan penurunan yang mencolok atau tidak adanya refleks. Bayi lain yang mengalami masalah makan misalnya mereka mengidap gangguan fisik misalnya bibir atau langit-langit sumbing dan mereka yang terkena sedasi atau analgesia obstetrik atau stres berat saat persalinan. Reflek menghisap dan menelan dibantu oleh konfigurasi morfologis mulut neonatus yang khusus, langit-langit lunaknya secara proporsional lebih panjang. Neonatus juga memiliki refleks ekstrusi sebagai respon terhadap adanya bahan padat atau setengah padat didalam mulutnya. Refleks ini hilang pada usia 4-6 bulan dan diganti oleh suatu pola gerakan menggigit ritmik yang bersamaan dengan tumbuhnya gigi pertama pada usia 7-9 bulan. Defekasi Feses pertama yang dieksresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket. Pengeluaran mekonium, suatu campuran mukus, sel epitel, asam lemak, dan pigmen empedu yang menyebabkan warna khas hitam kehijauan. Mekonium berasal dari 1. Sel-sel mukosadinding saluran cerna yang mengalami deskuamasi dan rontok 2. Cairan/enzim yang disekresi sepanjang saluran cerna,mulai dari saliva sampai enzim-enzim pencernaan 3. Cairan amnionyang diminum janin, yang kadang juga mengandung lanugo dan sel-sel dari kulit janin atau membran amnion yang rontok. Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi Gorrie, et al., 1998 & Simpson & Creehan, 2001. Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai tipe makanan yang didapat oleh bayi Gorrie, et a., 1980. Kolon pada bayi baru lahir kurang efisien menyimpan cairan dari pada kolon orang dewasa sehingga bayi baru lahir cenderung mengalami komplikasi kehilangan cairan. Kondisi ini membuat penyakit diare kemungkinan besar menjadi serius pada bayi muda. Tabel berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah lahir. Tabel 1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran Aspek Intrauteri Ekstrauteri Sistem Gastrointestinal Relatif Inaktif tidak ada makanan yang diterima melalui organ gastrointestinal Aktif ada makanan yang masuk melalui organ gastrointestinal Reflek makan Sudah ada, bayi Menelan cairan amnion dan memperlihatkan gerakan menghisap Ada dan semakin baik, Bayi sudah mampu mencerna dan mengeliminasi ASI atau susu formula Refleks peristaltik dan Defekasi Pada bagian bawah abdomen refleks peristaltik tidak aktif sehingga tidak terjadi pengeluaran mekonium. Kecuali pada fetal distres air ketuban bercampur mekonium Pada bagian bawah abdomen peristaltik sudak aktif, sehingga bayi mengeluarkan feses. Tidak adanya feses dalam 48 jam pertama mengidikasikan obstruksi isi usus a. Coad & Dunstall. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. c. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006. Penulis Dosen Keperawatan Maternitas PSIK FK USU.